Membuat perbedaan antara anak laki-laki dan perempuan menurut struktur dan fungsi otaknya bukan berarti mengklasifikasikan mereka dari sudut jender semata. Tetapi, menyadarkan tentang perbedaan alami keduanya untuk memudahkan Anda mencari formula yang tepat memberikan pelajaran dan pengajaran pada anak-anak Anda.
"Itu karena aliran darah ke dalam otak anak laki-laki bukan saja lebih sedikit, tetapi juga didesain tersegmentasi
Berdasarkan pengamatannya terhadap beberapa rahasia di balik otak anak perempuan, Michael Gurian menyimpulkan, bahwa sangat bisa dimengerti jika anak perempuan lebih cakap dalam urusan membaca dan menulis. Nah, bagaimana dengan anak laki-laki?
Gurian, dalam bukunya berjudul Boys and Girls Learn Differently!: A Guide for Teachers and Parents, menuturkan bahwa perbedaan struktur otak antara anak laki-laki dan perempuan sangat berperan besar memengaruhi pola belajar dan kerja otak mereka masing-masing. Namun begitu, sebetulnya perbedaan itu tidak berlaku secata mutlak pada semua kasus dan tidak ada yang buruk dari semua perbedaan itu.
Seperti halnya otak anak perempuan, otak anak laki-laki pun punya misteri. Gurian bilang, karena area korteksnya lebih banyak dimanfaatkan sebagai fungsi spesial mekanis, anak laki-laki akan lebih suka menggerakkan obyek, mulai dari bola, mainan, atau bahkan tangan dan kakinya sendiri.
Otak pada anak laki-laki tidak hanya memiliki lebih sedikit serotonin, melainkan juga oxytocin atau zat pengikat. Zat inilah yang menurut Gurian menyebabkan anak laki-laki bersikap lebih impulsif, yang jelas-jelas berlawanan dengan sikap perempuan, yang bisa duduk tenang curhat pada sahabatnya.
Gurian menyimpulkan, seorang anak perempuan tampil lebih baik dalam tugas ganda atau multitasking dan yang bersifat bertransisi. Sebaliknya, anak laki-laki tidak, karena otak mereka dibentuk untuk melakukan pembaharuan dan reorientasi setelah sebelumnya harus melewati tahap istirahat (rest).
"Inilah perbedaan nyata yang mudah sekali terlihat. Hal itu karena aliran darah ke dalam otak anak laki-laki bukan saja lebih sedikit, tetapi juga didesain tersegmentasi," kata dia.
Tidak heran, kata Gurian, anak laki-laki mudah sekali mengantuk. Pada anak perempuan, tahap pembaharuan tidak perlu harus melewati istirahat, sehingga mereka jarang sekali mengantuk.
Gurian menambahkan, otak anak laki-laki cenderung lebih cocok mengenali simbol, bentuk-bentuk abstraksi, diagram, gambar dan obyek bergerak ketimbang kata-kata yang monoton. Bagi seorang anak laki-laki, metode ceramah akan diartikannya sebagai waktu istirahat.
Untuk itu, Gurian menyimpulkan, misteri-misteri yang ada di balik rahasia otak anak laki-laki tersebut akan menyebabkan mereka:
-lebih unggul dalam Matematika dan Fisika, terutama ketika subyek itu diajarkan secara abstrak di depan kelas
-lebih tertarik pada permainan-permainan (games) ketimbang perempuan
-mudah terlibat masalah karena sifatnya yang impulsif
-mudah atau cepat bosan
-tak mampu menjadi pendengar yang baik
-tidak telaten memenuhi tugas
-kurang cocok belajar secara verbal yang selama ini kerap terjadi di kelas-kelas (sekolah) konvensional yang lebih mengedepankan pola belajar satu arah.(Kompas.com)
Tampilkan postingan dengan label Kesehatan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kesehatan. Tampilkan semua postingan
Selasa, Maret 30, 2010
Sabtu, Maret 27, 2010
Mitos Kondom

Ada banyak mitos tentang kondom yang membuat orang ragu menggunakannya. Agar tak salah kaprah, ketahuilah fakta dan manfaatnya.
Mitos: Tetap bisa hamil meski pakai kondom
Fakta: Kondom dibuat dengan tujuan mencegah kehamilan. Memang tetap ada risiko bocor atau kondom sobek, tapi persentasenya sangat kecil.
Mitos: Kondom mengurangi kenikmatan seksual
Fakta: Saat ini proses pembuatan kondom sudah mengalami banyak perbaikan. Kondom dibuat dari material yang tipis, elastis, dan awet sehingga tidak mengurangi sensitivitas kulit. Kondom juga tersedia dalam aneka pilihan warna dan rasa yang dapat membuat permainan cinta Anda dan pasangan semakin membara.
Mitos: Kondom menimbulkan alergi
Fakta: Kebanyakan kondom terbuat dari lateks. Hanya 1-3 persen orang yang alergi terhadap bahan ini. Ada pula kondom nonlateks. Jika Anda alergi lateks, pilih kondom berbahan baku poliuretan. Kedua jenis kondom ini terbukti sama efektifnya.
Mitos: Kondom lebih baik dipakai bersama krim, pelumas, dan gel
Fakta: Gel, krim tertentu, baby oil atau hand body, justru dapat memicu rasa gatal, terbakar, dan reaksi alergi lain. Zat-zat di dalam gel dan krim juga dapat merusak kondom. Krim dan pelumas mengandung minyak yang dapat cepat menciptakan lubang pada lateks. Jika ingin menggunakan pelumas, pilih kondom dari bahan poliuretan karena aman digunakan bersama minyak dan pelumas berbahan dasar air.
Mitos: Memasang kondom meredupkan ereksi
Fakta: Hal ini memang dialami sejumlah orang. Namun, data yang ada, kebanyakan lelaki bisa mempertahankan ereksi selama 15 detik selama memasang kondom.(Kompas.com)
Langganan:
Postingan (Atom)