Menahan haus dan lapar selama 14 jam bukanlah hal yang mudah, terlebih lagi bagi anak-anak. Untuk itulah diperlukan cara khusus agar si kecil kuat menjalankan ibadah puasanya.
Menurut dr Fiastuti Witjaksono, MS, SpGK, ahli Gizi Medik dari RS Siloam, yang harus dilakukan adalah mengatur asupan anak pada saat sahur dan berbuka. "Sebenarnya tidak ada perubahan drastis. Makan pagi digeser waktu sahur, makan siang dan malam dilakukan pada waktu buka. Sekarang bagaimana mengaturnya," ujar dr Fiastuti saat ditemui di sela-sela acara peluncuran laporan Menciptakan Manfaat Bersama Nestle Indonesia, di Jakarta, Selasa (25/8).
Dr Fiastuti menuturkan, pada saat sahur anak harus mendapat gizi yang cukup. Karbohidrat, vitamin, mineral, dan zat-zat lain yang dibutuhkan tubuh harus tercukupi. Makanan yang disajikan haruslah kaya akan karbohidrat. Karbohidrat dapat diperoleh dengan mengonsumsi nasi, gandum, atau beras merah. Selain itu, buah dan sayur sebagai sumber serat juga diperlukan.
Namun yang sering menjadi masalah adalah anak malas untuk makan sahur, dengan alasan mengantuk. Dr Fiastuti mengatakan aktivitas makan sahur harus tetap dilakukan meski anak mengantuk. Anda dapat mengganti dengan menu makannya dengan jenis makanan yang lebih sederhana, namun kandungan gizinya tetap terjaga. "Misalnya arem-arem. Sambil tiduran anak dapat disuapi itu," katanya.
Selain arem-arem, menu lain yang dapat diberikan misalnya macaroni schotel. "Macaroni schotel terbuat dari susu, pasta, ada sayuran juga. Itu sudah lengkap," urainya.
Sedangkan pada saat berbuka puasa, berikan minuman yang manis. Tujuannya untuk mengembalikan gula darah yang telah habis. Selain itu berikan juga makanan ringan yang cepat diserap tubuh.
Dr Fiastuti menyarankan, pada awal berbuka, porsi yang diberikan sebaiknya tidak terlalu banyak. Pasalnya lambung membutuhkan waktu untuk mencerna makanan setelah sehari penuh dalam kondisi kosong. Makanan berat diberikan setelah anak menunaikan shalat Magrib. "Jika anaknya kurus beri makanan yang tinggi kalori, kalau anak gendut berikan yang rendah kalori. Selain itu jika anaknya kurus, setelah shalat tarawih boleh diberikan makanan lagi. Sebaliknya jika anak sudah overweight jangan diberi makan lagi setelah terawih," paparnya.
Meski menunaikan ibadah puasa hukumnya wajib, dr Fiastuti berpendapat anak tidak perlu dipaksakan untuk melakukannya. Jika anak berteriak meminta makan, ada baiknya orang tua menurutinya. "Selain hukumnya belum wajib, puasa pada anak bersifat melatih pencernaan dan mental. Tidak benar kalau anak harus kelaparan saat berpuasa. Mereka bisa puasa setengah hari. Perlu dilihat juga tumbuh kembang anak seperti apa," paparnya.(Kompas.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar