Pages

Kamis, Agustus 27, 2009

Mengajak Anak Berpuasa

Tanpa terasa, Ramadhan sudah tiba. Bulan yang ditunggu-tunggu umat Islam sedunia. Bulan yang penuh rahmat dan berkah, di mana pahala akan digandakan nilainya.

Melaksanakan puasa di siang hari serta bertarawih dan bertadarus di malam hari menjadi jalan untuk menggapai kedekatan pada sang Illahi demi mencapai derajat takwa. Berpuasa yang menjadi kewajiban selama Ramadhan bukan hanya sekadar untuk menahan haus dan lapar demi menjalankan perintah Tuhan.

"Melalui puasa, kita diminta adil terhadap tubuh, khususnya perut yang telah 11 bulan bekerja untuk beristirahat selama satu bulan. Itu sebabnya, puasa menyehatkan tubuh," ujar KH Iskandar AG selaku Pimpinan Pesantren Nurul Anwar, Bogor.

Selain manfaat kesehatan bagi tubuh, puasa juga mengajarkan kita untuk selalu menahan diri dari segala malam hawa nafsu serta mengajarkan pada kita arti rendah hati yang sesungguhnya. Karena melalui puasa, kita bisa merasakan betapa laparnya perut si fakir miskin yang belum tentu bisa makan setiap harinya.

Sejak dini

Dengan begitu besarnya manfaat puasa bagi tubuh dan jiwa, tak ada salahnya jika orang tua sedini mungkin mengajarkan puasa pada anak-anak, bahkan balita sekali pun. Tentu saja, mereka tidak harus langsung berpuasa penuh mulai dari Imsyak hingga adzan Maghrib, melainkan mulai dari Imsyak hingga adzan Zhuhur lalu berlanjut hingga adzan Ashar. Jika dirasa mampu, tak ada salahnya jika Anak melanjutkan puasanya hingga adzan Maghrib.

Menurut KH Iskandar AG, dalam melatih dan mengajarkan anak berpuasa, hal pertama yang harus dilakukan para orang tua adalah memberikan arahan dan pengertian pada anak mengenai apa itu puasa. Jelaskan pula pada mereka mengapa harus berpuasa, termasuk di dalamnya apa tujuan puasa.

Bila si anak sudah cukup mengerti akan pengertian puasa, tak ada salahnya dijelaskan pula pada mereka target puasa yang ingin dicapai selama bulan Ramadhan, seperti upaya mendapatkan ampunan-Nya, mencapai derajat tagwa, hingga upaya untuk mendapatkan malam kemuliaan (Lailatul Qodar).

Usia balita, sekitar lima tahun, adalah saat yang cukup tepat untuk mengajarkan anak berpuasa. Sebagai pengenalan, anak bisa diajak serta sahur bersama keluarga. Dengan sahur bersama, anak akan merasakan atmosfer puasa yang penuh kebersamaan.

Yang namanya latihan, anak-anak pun bisa berpuasa hanya sampai jam 12 siang ketika adzan Zhuhur berkumandang. Selanjutnya secara bertahap anak bisa menambah jam puasanya tergantung dari kesanggupan si anak itu sendiri.

Misalnya, Mirna Hidayati, ibu dari seorang anak bernama Aditya membagi pengalamannya mengajarkan anak berpuasa. Aditya mulai belajar berpuasa ketika usianya empat tahun. Pada saat itu, ia berpuasa dari Imsyak hingga jam 10.00 WIB, jadwal pulang sekolahnya di Taman Kanak-kanak. Tahun berikutnya, jam buka puasa pun bertambah hingga jam 12.00 ketika adzan Zhuhur tiba. Begitu selanjutnya hingga ia kuat berpuasa penuh di kelas dua Sekolah Dasar.

Metode seperti ini bukan berarti tanpa kendala sama sekali. Terkadang anak merasa malas dan letih berpuasa, belum lagi lapar dan lemas yang kerap menyerang. Kalau sudah begitu, peran ibu sangat diperlukan untuk membujuk dan menenangkan anak. Biasanya Mirna akan meminta Adit untuk beristirahat di kamar dengan pendingin udara sambil mempertontonkan film cerita bernafaskan Islam yang menjadi kegemarannya.

Demikian pula dengan Tatiek Sivawati, ibu dari Ganesh (15), Citta (11), dan Arin (10). Sedikit berbeda dengan Mirna, Tatiek memulai mengajarkan anak puasa dengan melarangnya makan namun tetap membolehkan mereka untuk minum susu. Hal ini berlangsung selama seminggu pertama.

Setelah itu, secara bertahap, anak-anak yang sudah berpuasa sejak usia empat tahun ini, berlatih puasa dari Imsyak hingga jam 10.00 pagi. Bahkan akhirnya bisa berpuasa penuh di akhir bulan puasa. Arin bahkan sudah berpuasa penuh di usianya yang ketika itu baru empat tahun. Mengingat banyaknya manfaat puasa, ayo ajarkan anak untuk berpuasa sedari dini.(Kompas.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar