Pages

Rabu, Juni 17, 2009

Introspeksi UN

Ketika akan menghadapi UN para siswa konsentrasi penuh, orang tua harap-harap cemas, praktisi pendidikan bekerja keras hingga semua berjalan lancar dengan berharap memperoleh hasil yang maksimal. Sekarang ketika semua berlalu dan dihadapannya terpampang babak baru, yaitu pengumuman hasil UN. Terasa lebih berat dari episode lalu, ketika terjadi musibah nasional pada pelaksanaan UN dimana ada sekolah penyelenggara yang harus mengulang UN (istilahnya UN Pengganti) karena ketidaklulusannya mencapai 100 %. Ada dua kemungkinan ketidaklulusan tersebut, pertama adanya kecurangan dalam pelaksanaan UN yang mengakibatkan kelulusannya dianulir BSNP dan harus mengulang UN, kedua ketidaklulusan yang 100 % murni karena memang tidak lulus (mungkin saja toh?). Hanya saja ada perlakuan berbeda pada dua jenis ketidaklulusan dimaksud, yaitu yang dinyatakan tidak lulus karena curang diberi kemudahan untuk mengulang UN sedang yang tidak karena kecurangan tidak ada ujian pengganti. Tidak adil kan? Yang tidak lulus karena jujur hacur dan yang tidak lulus karena curang cemerlang. Sehingga muncul sinisme di lapangan terhadap sekolah-sekolah yang kelulusannya 100 % (padahal tidak semua sekolah curang). Terlepas dari pelaksanaan UN yang amburadul (mirip masalah DPT pada Pemilu Legislatif) tentunya ada pihak yang senang dan yang murung, karena ada yang berhasil dan ada yang gagal, semuanya telah terjadi dan apapun hasilnya patut disyukuri dan dijadikan bahan introspeksi pelaksanaan UN bagi semua pihak untuk kedepan meminimalisir kesalahan yang mengakibatkan kerugian pada siswa dan orang tua siswa.

Eforia yang terjadi ketika pengumuman UN dilakukan (sepertinya terjadi di seluruh Indonesia), adalah aksi corat-coret dan konvoi kendaraan bermotor. Adalah hak siswa untuk merayakan keberhasilannya tetapi apakah mereka care pada teman mereka yang tidak lulus? (peduli amat ya? Amat saja tidak peduli). Dari sudut manapun aksi setelah pengumuman kelulusan tersebut banyak mudaratnya daripada manfaatnya, disamping merugikan orang lain juga bisa mencelakai diri sendiri. Itulah kesenangan semu. Pihak sekolah maupun instansi terkait telah melakukan berbagai upaya untuk meminimalisir aksi-aksi tersebut sampai-sampai melibatkan aparat keamanan, tetapi sepertinya itu sudah menjadi sebab akibat yang layak terjadi dengan segala resikonya. Akhirnya ada yang celaka dijalan dan berurusan dengan pihak berwajib.
Lalu apa hikmah dari pelaksanaan UN tahun ini? Setiap orang tentu bisa dan boleh menarik hikmah apa saja dibalik terselenggaranya UN tahun ini yang penuh koreksi, suka tidak suka, puas tidak puas.

Sumonggo ……

Tidak ada komentar:

Posting Komentar